OJK Geber Penduduk Melek Keuangan, Ini Alasannya

Bulan Oktober menjadi bulan Inklusi Keuangan Nasional. PT Bank Syariah Bukopin (BSB) ambil bab dalam program Fin Expo 2019 dengan Beragam penawaran menarik.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berusaha memajukan literasi atau tingkat Melek Keuangan masyarakat. Hal itu dijalankan biar jarak antara inklusi yaitu ketersediaan susukan produk dan jasa keuangan dengan tingkat literasi kian mengecil.

Sebagaimana diketahui, menurut hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2022 menunjukkan, literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 49,68%, naik dibanding tahun 2019 38,03%. Sementara, indeks inklusi keuangan tahun 2022 sebesar 85,10% meningkat dari tahun 2019 sebesar 76,19%.

Advertisement

Gap antara tingkat literasi dan inklusi menurun dari 38,16% di tahun 2019 menjadi 35,42% di tahun 2022.

Dengan demikian, OJK berkomitmen untuk terus meningkatkan program-program edukasi keuangan yang lebih efektif dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Upaya ini mencakup penyelenggaraan seminar, pelatihan, serta penggunaan platform digital yang memungkinkan akses informasi keuangan yang lebih luas. Selain itu, OJK juga bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan dan komunitas untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan pribadi dan investasi yang bijak.

Melalui langkah-langkah ini, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi keuangan dapat meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, Aman Santosa mengatakan, tingginya gap menyampaikan orang-orang sudah menggunakan produk-produk jasa keuangan, tetapi belum paham risikonya.

“Jadi artinya beliau belum bisa menghitung, ‘Ini kalau saya pakai produk ini, kesudahannya apa, benefitnya apa’, sehingga nanti ia kesanggupan membayarnya ternyata tidak dapat semacam itu,” katanya di Tanah Datar, Sumatera Barat, Rabu malam (21/6/2023).

Namun, ada risiko yang lebih parah. Menurutnya, itu dapat menghasilkan orang menggunakan produk atau jasa keuangan yang ilegal.

Baca juga: Jangan Sampai Makara Korban, Ini Cara Cek Legalitas Pinjol di OJK

“Itu masih mending, tetapi yang paling parah apabila ternyata beliau menggunakan produk-produk jasa keuangan yang ilegal, sehingga nanti beliau pada di saat mesti menyanggupi kewajibannya, diburu-buru dengan cara-cara yang tidak etis, menggunakan data-data eksklusif dengan cara-cara antusias yang semacam itu,” paparnya.

Oleh alasannya merupakan itu, pihaknya terus mendorong literasi keuangan masyarakat. Dengan begitu, kata dia, penduduk akan kian bijak memutuskan produk jasa keuangan.

“Intinya kian orang terliterasi maka beliau kian bijak di dalam memutuskan produk-produk keuangan yang mereka butuhkan,” ungkapnya.

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Stadion Teladan Mau Direnovasi, Bakal Penuhi Tolok Ukur Internasional

Next Post

Hari Anti Narkotika Internasional 2023: Tema Dan Sejarah Peringatan

Advertisement