
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan pemikiran keluar modal gila (net outflow) dari pasar keuangan Indonesia meraih US$ 2,1 miliar sepanjang kuartal III-2023. Jumlah itu setara dengan Rp 32,97 triliun jikalau menggunakan estimasi kurs Rp 15.700.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan kenaikan pemikiran keluar modal gila sebab ketidakpastian pasar keuangan global kian meningkat. Hal itu terjadi sebab serempak dengan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Kondisi ini menunjukkan bahwa investor semakin berhati-hati dalam menempatkan dananya di negara berkembang seperti Indonesia, terutama ketika ada risiko yang lebih tinggi terkait stabilitas ekonomi dan politik di tingkat global.
Ketidakpastian ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral besar seperti Federal Reserve AS, yang berpotensi mempengaruhi aliran modal internasional. Selain itu, konflik geopolitik yang sedang berlangsung di berbagai belahan dunia juga menambah kekhawatiran investor terhadap potensi dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Dalam konteks ini, BI berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik melalui berbagai kebijakan moneter dan makroprudensial. BI juga terus memantau perkembangan situasi global dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna memitigasi risiko yang ada.
Dengan demikian, meskipun terdapat tantangan signifikan akibat net outflow ini, BI tetap optimis bahwa fundamental ekonomi Indonesia akan mampu bertahan dalam menghadapi gejolak eksternal tersebut.
“Meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global mendorong pemikiran keluar modal gila atau net outflows dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan III-2023 sebesar US$ 2,1 miliar,” kata Perry dalam pertemuan pers, Kamis (19/10/2023).
Baca juga: Pekan Kedua Oktober, Modal Asing Cabut dari RI Rp 4,32 Triliun |
Perry menyebut tekanan kepada pemikiran modal gila terus berlanjut pada triwulan IV-2023, di mana hingga 17 Oktober 2023 pemikiran dana gila yang keluar Indonesia meraih US$ 0,4 miliar.
Hal itu menghasilkan posisi cadangan devisa Indonesia final September 2023 sebesar US$ 134,9 miliar, setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang mancanegara pemerintah.
“Jumlah cadangan devisa ini berada di atas kriteria kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” ucap Perry.
Neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada 2023 diperkirakan tetap baik dengan transaksi berlangsung dalam kisaran surplus 0,4% hingga dengan defisit 0,4% dari PDB. Pada 2024, NPI diperkirakan tetap tersadar disokong oleh harapan perekonomian domestik yang tetap baik, di tengah tingginya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global.
“Kinerja NPI mendukung tetap terjaganya stabilitas eksternal,” tutur Perry.