
Depok –
Pada Agustus 2024 kemudian pemerintah menentukan tak menyediakan insentif terhadap produk-produk kendaraan beroda empat hybrid. Pemerintah berdalih, kendaraan beroda empat hybrid telah cukup laku tanpa adanya insentif. Berbeda dengan kendaraan beroda empat listrik full baterai (BEV) yg mesti disuntik insentif biar penjualannya laris. Nah, kendati pemasaran kendaraan beroda empat hybrid dianggap laris, menurut Toyota, kendaraan beroda empat hybrid perlu memperoleh insentif di masa depan. Ini alasannya.
“(Mobil hybrid) itu laku alasannya merupakan ia tumbuh. Tapi apakah perkembangan itu telah meraih level ekonomisnya?” ujar Wapres Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam terhadap wartawan di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (30/10/2024).
Baca juga: Mobil Hybrid Tak Dapat Bonus alasannya merupakan Dianggap Laris, Segini Penjualannya |
Menurut Bob, kendaraan beroda empat hybrid dibilang sudah meraih level irit dikala produksinya telah meraih angka 100 ribu per tahun. Untuk meraih angka tersebut, selain mesti disokong insentif dari pemerintah, industri otomotif Indonesia juga mesti menghasilkan kendaraan beroda empat hybrid yg harganya lebih terjangkau bagi segmen menengah ke bawah.
“Jadi hybrid itu satu industri itu butuh volume sekitar 100 ribuan agar ada investment. Kita belum sampai. Kita juga masih segmen yang middle-up, seumpama Zenix itu kan. Kita belum hingga ke yang middle-low. Kaprikornus menyaksikan seumpama itu sih kami merasa bahwa memang masih dibutuhkan (insentif) agar masuk ke economic scale-nya,” sambung Bob.
Lanjut Bob menyertakan ada dua part elektrifikasi yang sungguh penting dibentuk di dalam negeri, seumpama baterai, VCU (vehicle control unit), motor, dan axle. “Ini merupakan komponen-komponen pentingnya yang kami butuh economic scale untuk investasi baru,” terperinci Bob.
Baca juga: Bukan Mobil Listrik, Subaru Buka Peluang Hadirkan Mobil Hybrid ke Indonesia |
“Nah itu yang mesti kami kejar. Kaprikornus jangan hingga nanti (kalian untuk mobil) hybrid, tetapi ekosistemnya ada di luar Indonesia. Kaprikornus kita ingin ekosistemnya juga ada di Indonesia. Apalagi bagi segmen-segmen yang middle-low ya. Karena kan di Asia Tenggara ini Indonesia rajanya middle-low. Nah bila middle-low ini bisa cepat masuk ke elektrifikasi, volume-nya kan lebih besar ketimbang middle-up kan,” kata Bob lagi.
Bob pun meminta pemerintah agar membantu industri otomotif yg telah mapan di dalam negeri, dengan pekerja-pekerja Indonesia, memiliki orientasi ekspor, dan juga sudah memiliki ekosistem.
“Kenapa sih nggak ditolong gitu ya kan? Yang ditolong bukan industrinya, tapi konsumennya. Kaprikornus bila pemerintah kasih insentif, yg dikasih insentif itu bukanlah industri.
Melainkan konsumennya,” terang Bob.
Bob optimis pemerintahan gres yg dipimpin Prabowo bakal lebih memperhatikan lagi kendaraan beroda empat hybrid yang telah dibuat di dalam negeri. “Ya, kami (Toyota) optimis,” ujar Bob.
